Teh Talua Tapai dan Konsep Bisnis Kapatoman Cafe di Era Media Sosial
Komposisi teh telur demikian mudah ditemukan di warung, hingga cafe di Ranah Minang. Namun, racikan teh talua ditambah tapai (tape), jenis ubi yang telah di fermentasi nyaris langka didapatkan di Sumatera Barat.
Untuk pertama kali, penulis mencoba sajian dan racikan teh talua tapai tersebut pada hari Minggu, 14 Januari 2018 di Kapatoman Cafe yang terletak di Tabiang Takuruang, Ngarai Sianok, Kota Bukittinggi.
Dari cita rasa, terdapat perbedaan mencolok dibanding teh talua biasa. Sebab rasa asam yang dihasilkan tapai, mampu menghilangkan bau anyir telur, dan rasa kental dilidah kian terasa empuk oleh serat tapai. Boleh dikatakan, rasanya luar biasa dan patut anda coba.
Dibelakang cafe yang mengadopsi bentuk kapal itu, membentang aliran sungai nan seolah-olah menghasilkan bunyi arus 'bengawan solo'. Demikian pula sekeliling cafe, terbuka dari hembusan angin sepoi-sepoi sehingga kental terasa hawa sejuk Ngarai Sianok.
Selain menyajikan Kuliner Minang tradisional, seperti teh talua tapai, dan jenis minuman serta makanan cepat saji lainnya, terkesan pengelola Kapatoman Cafe menawarkan keunikan pada pengunjung.
Alhasil, saat penulis kunjungi (14/1) pengunjung membludak, ada yang tidak kebagian kursi dan meja, tak sedikit pula yang berdiri, namun terpantau pengunjung tetap 'enjoy' mengeksplorasi 'view' di dalam maupun diluar cafe sembari swafoto (selfie).
"Terima kasih sudah berkunjung, mohon maaf meja dan kursi kami masih kurang. Ini baru berjalan 80 persen, kita masih mengembangkan fasilitas," kata Zulfikar Ridha alias Upi Kompeng yang memiliki latar belakang pendidikan Keperawatan lulusan STIKes Perintis Bukittinggi tersebut.
Saat penulis menanyakan hari apa saja pengunjung ramai, Upi Kompeng menyatakan, " alhamdulillah, tiap hari kecuali Jumat selalu ramai dikunjungi, sebab hari Jumat, kita tidak buka, dan puncak kunjungan terjadi pada saat akhir pekan, seperti hari Sabtu dan Minggu," jelasnya.
Memanfaatkan Promosi di Media Sosial
Usaha kuliner berkonsep unik berbalut wisata melalui pemanfaatan kondisi alam nan 'rancak' itu, cukup membuat penasaran warganet, berkat berpromosi di media sosial.
Hal demikian diungkapkan oleh Hendra warga Payakumbuh, yang kebetulan hadir bersama penulis saat itu, "di zaman millenial ini, orang-orang haus akan hiburan dan tempat bersantai yang unik untuk dipamerkan di media sosial," katanya mengomentari tentang prospek Kapatoman Cafe.
Benar saja, peluang demikian terlihat dimanfaatkan oleh pengelola Kapatoman Cafe, Anil Basya dan Upi Kompeng di beranda media sosialnya. Aktifitas promosi juga dilakukan pengunjung yang telah berswafoto disana, mereka terpantau mengunggah di media sosial, dengan 'caption' sebuah kepuasan telah mengunjungi.
Dewasa ini, ide, serta konsep unik dalam menggagas usaha rintisan sangat diperlukan, karena tempat berpromosi gratis terbuka lebar di saluran media sosial.
Faktanya, orang-orang tidak terlalu memikirkan soal kelezatan serta harga yang ditawarkan, tapi warganet dan calon pengunjung lebih tertarik dengan sebuah keunikan tempat dan suasana, untuk dibagikan dan diceritakan pada lingkaran pertemanan.
Namun demikian, jika pengelola mampu menghadirkan dan mengeksplorasi kuliner unik sebagaimana yang ditawarkan oleh Kapatoman Cafe dengan teh talua tapai, pastinya akan menambah daya tarik untuk terus dikunjungi oleh penikmat kuliner.
Senantiasa berjalannya waktu, keramahan pelayan menyambut tamu serta 'respon time' yang singkat saat pengunjung memesan menu makanan dan minuman juga sebagai faktor penentu untuk membuat pengunjung kembali hadir dan secara sukarela mempromosikan di akun media sosialnya.( AntonWijaya)
No comments